Welcome

Welcom to my site! Hope you enjoy to exploring my blog and we can share all about anime, J-Pop, manga, and Japan! ♥

Selasa, 27 Desember 2011

Enchanted: Part 2

Malam ini aku sedang berusaha menciptakan sebuah lagu. Mumpung waktu senggang. Besok hari Sabtu dan tidak ada jadwal kuliah. Jadi, aku bisa sepuasnya menghabiskan malam dengan menciptakan lagu.
You’re on the phone with your girlfriend she’s up set …
Ddrrtt … ddrrtt …
Handphone-ku bergetar. Ada BBM yang masuk. Aku melihat u-namenya siapa. TaylorLautner. Oh my God, Lautner memberiku BBM. Isinya begini:
TaylorLautner    : Hi, Tay. What are you doing? J
SwiftyTays         : Hi. Hanya membuat lagu
J
TaylorLautner    : Wow, keren! Kamu bisa membuat lagu?
SwiftyTays         : Ya. Aku kan ada di kelas musik.
TaylorLautner    : Kapan-kapan aku bisa mendengar lagumu itu?
SwiftyTays         : Tentu saja.
TaylorLautner    : Besok jadwal kuliah kosong?
SwiftyTays         : Iya. Ada apa?
TaylorLautner    : Mmm … aku mau mengajakmu nonton besok. Biar aku traktir.
SwiftyTays         : Bagaimana, ya … Aku takut pacar kamu marah. Hahahaha XD
TaylorLautner    : Ngga, kok. Ayolah …
SwiftyTays         : Oke, oke. Aku ikut.
TaylorLautner    : Baiklah. Besok pukul 01.55 p.m di depan New York Mall.
SwiftyTays         : Oke. See you tomorrow
J
TaylorLautner    : See you
J
Itulah sepenggal percakapanku dengan Lautner. Besok aku akan bertemu dengannya di New York Mall. Huft, cukup aneh. Aku baru mengenalnya tadi siang, dan besok kami sudah akan jalan bersama. Semoga saja pacarnya itu tidak marah. Aku tidak tahu seperti apa pacarnya itu. Yang aku tahu hanya namanya, Avril Lavigne.
Aku membuka laptopku dan membuka akun twitter-ku. Siapa tahu Lautner juga sudah mem-follow twitterku. Ketika membukanya, benar dugaanku. Baris followersku bertambah seorang pria. User name-nya @Taylor_Lautner. Aku pun mengkliknya.
Aku membaca beberapa tweet-nya.  Ketika membaca salah satu tweet-nya, aku langsung terkejut. Bukan dalam maksud kepedean atau geer, ya. Tapi … ah. coba baca saja sendiri!
Taylor_Lautner besok siang aku akan bertemu dengan seseorang yang mengagumkan J
Perasaan aneh tiba-tiba saja menjalar di tubuhku. Tapi, segera kutangkis perasaan itu karena itu terlalu aneh. Masa iya Lautner suka padaku?
Siang hari ini, aku bersiap-siap untuk pergi ke bioskop bersama Lautner. Kali pertamaku juga jalan dengan “orang yang baru kukenal”. Sebelumnya, aku memang tidak mengenalnya, kan?
Aku memakai dress selutut berwarna ungu ditambah dengan cardigan berwarna putih. Rambutku yang panjang dan ikal kuikat satu kepinggi bawah bagian kanan. Kupoles sedikit bedak di wajahku dan lipstick berwarna bibir di bibirku. Lalu, aku menyemprotkan sedikit parfum ke tubuhku.
Aku menatap diriku di depan cermin. Sempurna. Kemudian, aku mengambil tas berwarna ungu dengan pita besar berwarna ungu juga. Setelah semua beres, aku pun berangkat menuju New York Mall menggunakan taksi.
Begitu sampai di depan New York Mall, waktu baru menunjukan pukul 01.30 p.m. Aku belum melihat sosok Lautner dimana pun. Lima belas menit menunggu, sosok Lautner belum muncul juga dihadapanku. Karena ia belum datang juga, aku pun segera menelepon ponselnya.
Maaf, nomor yang Anda hubungi sedang sibuk. Silakan Anda coba lagi.
Lho, kok? Mengapa Lautner jadi tidak bisa dihubungi? Aku mencoba meneleponnya lagi, namun hasilnya nihil. Kira-kira, sudah lima belas kali aku meneleponnya. Namun, tak ada satu pun jawaban darinya.
Pukul 04.20 p.m, Lautner belum juga datang. Aku mulai panas, gerah, dan kesal. Sudah hampir empat jam aku menunggu di depan New York Mall. Lautner belum datang juga. Karena sudah kesal berlama-lama menunggu, aku pun pergi meninggalkan New York Mall tanpa membawa apa pun dari sana.
Argh! Jika tahu begini jadinya, kutolak saja permintaannya kemarin. Dasar bodoh kau, Taylor! Mau-maunya saja kamu menerima tawaran dari orang yang baru kamu kenal. Huh!
….
Esok paginya di kampus, mood-ku masih jelek juga. Gara-gara kejadian menyebalkan kemarin. Coba saja kalian bayangkan. Menunggu selama empat jam dan orang yang mengajakmu bertemu itu tidak datang juga? Aku benar-benar tertipu.
Selena yang baru datang segera menghampiriku. Wajahnya terlihat heran melihatku. “Hai, Tay, Ada apa? Mengapa wajahmu berkerut seperti itu?” tanyanya.
“Aku tertipu, Sel,” ujarku sedih.
“Tertipu apa?”
“Malam setelah pulang dari kafe, Lautner mengontakku. Dia mengajakku menonton. Aku tadinya menolak, tapi dia memaksa. Akhirnya aku menerimanya. Kami janjian di depan New York Mall pukul 01.55 p.m. Tapi, besoknya di depan New York Mall aku menunggu selama empat jam. Namun, Lautner tidak datang juga. Aku sudah berusaha menghubunginya, tapi dia tidak menjawab. Aku kesal banget, Sel!” aku mencurahkan semua rasa kesalku pada Selena.
“Sabar, Tay … Mungkin, Lautner ditahan oleh pacarnya itu,” Selena berusaha menenangkanku.
“Avril maksudmu?”
“Iya, tentu. Siapa lagi memang? Kemarin, aku tidak sengaja melihat Lautner dan Avril di dalam mobil di depan mini market dekat apartemenku. Entah sedang apa mereka,” jawab Selena.
Aku mengepalkan tangan kesal. Ternyata, ketika aku sedang capek-capeknya menunggu selama empat jam, eh, si Lautner malah asyik berduaan sama pacarnya. Benar-benar menyebalkan.
“Tak akan kuberi maaf si Lautner itu! Lihat saja nanti kalau kita bertemu!” ucapku dingin berusaha membayangkan wajah menyebalkannya itu. Oke, aku mulai membencinya gara-gara kejadian memuakkan kemarin.
“Kabar baiknya … Aku dapat pin Justin! Yeay!” pekik Selena dengan senang.
“Dapar dari siapa?” tanyaku.
“Dari Victor. Dia sepupuku dan kebetulan dia juga satu kelas dengan Justin. Hebat bukan?” Selena merasa sangat bahagia mendapat pin Justin. Ah, kasmaran.
“Ya, tentu saja,” tanggapku datar, masih dalam keadaan bad mood.
“Aku juga sudah meminta Victor untuk, ya … membantuku agar bisa jadian dengan Justin.”
Aku mengangkat kepala agak terkejut. “Yang benar saja, Sel? Kamu serius mau pacaran dengan laki-laki yang lebih muda darimu? Resiko cemoohannya lebih berat, lho.”
“Ah, biarlah. Apa pun demi Justin. Eh, ayo segera masuk!” Selena menarik tanganku. Kami pun segera masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran.
....
Di kafe, di tempat yang sama seperti saat pertama kali aku bertemu Lautner, aku melihatnya lagi. Lautner sedang bersama Justin dan Bruno. Dan, ah, seorang wanita. Yap, siapa lagi kalau buka Avril? Pacarnya.
Kalau saja tida ada pacarnya di sana, pasti sudah kuhampiri si Lautner dan kumaki habis-habisan. Kejadian kemarin benar-benar mengacaukan mood-ku.
Selena masih sibuk mengagumi Justin yang memakai kaos putih polos, jaket kulit hitam, dan celana jeans berwarna biru tua. Tentu saja, pasti itu merupakan style kesukaan Selena.
“Oh my God … Betapa tampannya Justin …” gumama Selena, masih memandangi Justin dan jauh.
“Haloooo Selena! Aku masih di sini!” seruku agak keras, memecah lamunan Selena yang membayangkan betapa tampannya dan kerennya Justin.
Selena langsung mendongkak dan menatapku. “hehehe … maaf. Jadi sekarang kau tahu, kan, pacar si Lautner itu? Perempuan yang sekarang berada di samping Lautner.”
“Tentu saja aku tahu. Hah, kalau saja tidak ada pacarnya di sana, sudah dari tadi aku labrka si Lautner dan complain tentang kejadian kemarin!” gerutuku dengan nada kesal. Aku menyeruput jusku dengan cepat.
Ddrrrttt … ddrrtttt …
Ada BBM masuk. Aku langsung membacanya. Dan sialnya, itu dari Lautner. Benar-benar menyebalkan. Isinya begini:
TaylorLautner    : Tay, temui aku di toilet sekarang. Aku mau bicara tentang kemarin.
Sebenarnya, aku sudah tidak mood lagi untuk berhubungan dengan Lautner. Aku melirik Lautner sejenak. Ternyata, dia melirikku juga. Aku langsung memalingkan wajahku ke arah Selena. Terpaksa, aku membalas BBM-nya.
SwiftyTays         : Oke.
Aku berdiri dari kursi. “Mau ke mana?” tanya Selena ketika aku berdiri. Aku tidak menjawab.
Kemudian, aku segera menuju toilet wanita yang bersebelahan dengan toilet pria. Aku juga sempat melihat Lautner ikut berdiri saat aku berdiri. Di toilet, Lautner menghampiriku.
“Ehm … Aku mau minta maaf, Tay, soal kejadian kemarin. Maaf aku tidak bisa datang, soalnya Avril tiba-tiba saja mengajakku jalan dan tidak memperbolehkanku pergi ke mana saja. Sekali lagi, maaf,” kata Lautner dengan nada agak bersalah.
Tapi, aku masih tetap kesal. Menunggu selama empat jam itu menyebalkan. Ditambah lagi, aku bukan orang yang suka menunggu.
“Aku tidak bisa, Lautner. Aku menunggumu selama empat jam di sana. Aku sudah berusaha mengontakmu berkali-kali. Setidaknya, jawab BBM-ku kemarin!” aku berseru kesal. Wajahku merah padam menahan marah.
“Maaf, Tay! Aku sengaja me-nonaktifkan HP-ku agar Avril tidak curiga. Jika Avril sampai tahu, aku bisa putus darinya!”
Aku muak mendengarnya. “Kalau begitu, kenapa kamu mengajakku pergi? Kalau ketahuan Avril juga berbahayakan?” aku berusaha memojokan Lautner.
Emosiku pecah di sana. Aku terlalu kesal sehingga aku segera meninggalkan Lautner dan pergi dari kafe tanpa memedulikan Selena yang masih berada di dalam sana. Argh, Lautner sukses merusak mood-ku hari ini!

Sabtu, 03 Desember 2011

My First Novel

Hey, There! I miss you! I have a good news for you all. My first novel is coming soon! And I had the cover of my first novel. Let's check it out, Guys!

Synopsis:

Hore! Little Queen Dancer berhasil memenangkan lomba dance cheers se-Amerika! Sebelumnya mereka juga berhasil mengalahkan lawan mereka, Jumping Girls. Teman-teman mereka di Haverton School merasa gembira!

Tapi ... ada sekelompok siswa yang nggak suka, lho, dengan kemenangan mereka. Mau tahu siapa mereka? Olive and the gank. Olive merasa, dialah sesungguhnya dance queen sejati di Haverton School. Ia menantang Little Queen Dancer untuk berduel. Siapa yang mendapat vote paling banyak dari seluruh penonton, akan menjadi "The Real Dance Queen".

Persiapan pun dilakukan. Tapi ... tiba-tiba saja salah satu anggota Little Queen Dancer, Joy, jatuh sakit. Joy didiagnosis kanker darah! Mereka harus audisi calon pengganti Joy. Sayangnya, nggak ada satu pun yang bisa menggantikan Joy. Belum selesai masalah Joy, sudah muncul maalah lainnya: Verra dan Terresa berantem! Aduuuh, bagaimana dong, waktu duelnya sudah dekat!

Mau tahu kisa selanjutnya? Hmm ... kalian wajib, nih, baca buku karangan Mutiara Mira ini! Selamat membaca!
---
So, don't forget to buy my first novel, ya! Bye! :)

Sabtu, 26 November 2011

Enchanted: Part 1



Halo, semua! Namaku Taylor Alison Swift. Seorang mahasiswi yang sekarang sedang menjalankan kuliah di Art University. Umurku sekarang dua puluh tahun. Di Art University, aku mengambil jurusan musik. Ya, aku memang sangat menggemari musik. Musik adalah hidupku, terutama bernyanyi. Tapi, aku tentu saja bisa memainkan instrument musik juga. Selain bernyanyi dan memainkan alat musik, aku juga bisa membuat lagu sendiri.
Mengenai cirri fisikku, aku memiliki rambut ikal panjang berwarna pirang. Tubuhku tinggi dan kulitku putih. Aku lahir pada tanggal 13 Desember. Dan nomor 13 adalah favoritku! Mengenai pacar, ehem, aku belum punya. Bukannya karena aku tidak laku. Tapi, belum ada saja yang cocok untukku. Yah, mungkin suatu hari nanti. Oke, kita mulai ceritanya!
---
Hari ini benar-benar hari yang melelahkan! Bagaimana tidak? Selama empat jam berkutat dengan berbagai alat musik dan not balok. Tapi, ini tetap terasa menyenangkan. Aku dan sahabatku, Selena Marie Gomez, atau biasa dipanggil Selena, sedang nongkrong di sebuah kafe di depan Art University.
“Melelahkan, ya, Tay?” tanya Selena setelah menyeruput strawberry juice-nya.
Aku menganggukan kepala setuju. “Ya. Mrs. Colline memang sangat serius. Semoga minggu depan kita bisa lulus tesnya.”
“Amin,” Selena mengamini.
Kemudian, seorang pria dengan beberapa temannya datang bergerombol masuk ke dalam kafe. Aku mengenal beberapa di antara mereka. Mereka memang satu tempat kuliah, namun berbeda jurusan. Yang pertama, Bruno Mars. Seorang laki-laki yang satu kelas juga denganku. Dia sangat jago bernyanyi.
Kedua, Justin Drew Bieber. Jurusannya juga musik, tapi sayang dia tidak satu kelas denganku. Aku sekelas dengan Bruno dan Selena. Umur Justin memang lebih muda dibandingkan dengan umurku dan Bruno.
Dan yang terakhir … tunggu. Aku tak mengenalnya. Siapa dia? Sekilas matanya melirik ke arah dengan tatapan aneh. Aku berhenti menatapnya dan mengalihkan pandangan ke arah Selena yang sedang menatap Justin itu.
“Selena!” seruku memecahkan lamunan Selena.
“Oh! Maaf, Tay. Emm … ngomong-ngomong, Justin ganteng, ya?” ujar Selena dengan wajah memerah. Aku menutup mulutku kaget.
“Jangan bilang kalau kamu suka Justin!” seruku kaget. Tentu saja jelas. Umur Justin, kan, lebih muda daripada Selena. Bakal ada kejadian heboh di Art University kalau sampai Justin dan Selena berpacaran.
Selena hanya nyengir dengan wajah merona merah. “Nggak tau, deh. Aku cuma ngerasa enchanted aja.” Wajah Selena merona merah membayangkan Justin.
Aku hanya tertawa kecil melihat Selena seperti itu. Dasar, orang kasmaran!
Tanpa aku sadari, salah seorang yang entah siapa namanya yang kini sedang berkumpul dengan Bruno dan Justin memandangiku terus. Aku jadi salting. Wajahku langsung merona merah.
“Ehem,” Selena berdehem memandangku curiga.
“Kenapa?”
“Kamu merhatiin Taylor terus …”
Aku menggaruk kepalaku bingung. “Namaku memang Taylor, Selena …”
Selena terkikik kecil. Aku tetap saja bingung. “Ya ampun … Kamu nggak kenal dia, hah?” tanya Selena agak meremehkan. Aku menggelengkan kepala. “Namanya Taylor Daniel Lautner. Dia juga kuliah di Art University. Seumuran dengan kita. Pacarnya namanya Avril Lavigne. Dia kuliah di Fan Santio University.”
Mendengar itu aku hanya ber-ooh pendek saja. Namanya Taylor juga ternyata. Sama sepertiku. Hmm … unik juga.
“Sel, aku kebelakang dulu, ya!” ucapku sambil berdiri. Aku segera pergi kebagian toilet wanita.
Aku sangat kaget ketika akan memasuki toilet wanita, si Lautner juga ikut ke toilet pria. Dengan cepat aku masuk ke toilet wanita. Toilet wanita sepi. Aku menatap wajahku di kaca. Rasanya, dia mengikutiku. Namun, aku segera membuang perasaan itu. Tidak mungkin! Lautner sudah memiliki kekasih dan aku juga tidak mengenalnya. Jadi, lupakan.
Lalu, aku segera keluar dari toilet wanita. Ketika aku akan kembali ke meja tempat Selena berada, aku tidak sengaja menabrak seseorang.
Bruk!
Oh my God! Aku menabrak si Lautner. Wajahku langsung merona merah. Menahan malu karena menabraknya dan sudah GR sendiri menganggap Lautner memerhatikanku terus. Aku segera berdiri dan menyibak dress yang aku pakai.
“Maaf,” aku dan Lautner mengucap maaf secara bersamaan.
“Aku Taylor,” Taylor Daniel Lautner menujulurkan tangannya kepadaku.
Aku menjabatnya. “Aku Taylor.”
Seketika wajah Lautner berubah jadi kaget. “Namamu Taylor juga?”
“Ii … iya,” jawabku terbata-bata. Malu.
“Wah, keren. Kamu kuliah di Art University juga?” tanyanya lagi, antusias dengan diriku ini.
Aku menganggukan kepala. “Aku di jurusan musik. Satu kelas dengan Bruno Mars.”
“Aku di jurusan acting perfilman,” katanya. Kemudian, handphone Lautner berdering. Dia segera mengangkatnya. “Halo? Oh, iya, Dear. I will go there now. Bye-bye, Dear.”
“Maaf, Taylor. Aku harus pergi. Ehm … sebelumnya, bisa aku minta nomor telepon, pin BB, dan u-name twittermu?” tanya Lautner seusai bertelepon.
“Ya.” aku segera mendiktekan nomor teleponku, pin BB-ku, dan u-name twitterku.
“Terima kasih. Nanti aku akan menghubungimu,” Lautner pergi menuju ke arah Justin dan Bruno yang menunggu di depa pintu kafe.
Kejadian barusan terasa aneh. Sebuah rasa menjalar begitu saja. Errr … ingat! Dia sudah punya pacar! Aku segera menghampiri Selena yang masih sibuk dengan handphone-nya.
“Lama banget,” kata Selena tidak mengalihkan pandangannya dari handphone-nya.
“Maaf …”
Selena mengepalkan tangannya. “Aku ingin punya pin BB Justin! Bagaimana caranya, ya?” Selena memandang kea tap kafe.
“Oh ya, tadi sehabis dari toilet aku gak sengaja bertabrakan dengan Lautner. Kemudian kita saling kenalan dan tuker pin. Mungkin, nanti aku bisa tanya ke Lautner.”
Wajah Selena langsung mengembang senang. “Makasih, Taylor!!! You are my best friend forever!!” pekik Selena senang sekali.
“Ya udah. Kita pulang sekarang, yuk,” ajakku. Aku dan Selena pun ke luar dari kafe, tempat pertama di mana aku mengenal Lautner, seorang pria yang berhasil membuat suatu perasaan yang dulu pernah kurasa …

Jumat, 18 November 2011

Idul Adha

Halo, Temans! Apa kabar? Baik-baik saja, kan? Maaf baru nongol lagi, soalnya ga ada bahan tulisan di sini. sih. Sekarang, aku mau cerita tentang Idul Adha-ku bersama teman-temanku di sekolah!

Pada hari Senin tanggal 07 November 2011, tepat satu haru setelah Idul Adha, aku dan beberapa teman sekelasku di 8A mengadakan pesta bakar-bakaran di rumahku. Sebenarnya tadinya mau diadain hari Minggu, pas sama waktu Idul Adha. Tapi karena banyak yang punya acara sendiri, akhirnya diundur, deh.

Sebenarnya, hari itu merupakan hari dimana kelas 8A mendapat bagian menjadi petugas upacara. Jadi, ini juga merupakan pesta selamat untuk kita. Yey! 8A is the best!

Ada sekitar setengah anak di kelas yang dateng, walau laki-lakinya cuma empat yang akhirnya datang. Padahal, aku udah undang yang lainnya. Laki-laki yang dateng ke pesta cuma Ari, Rafi, Nandang, dan Farhan. Padahal, kalo lebih banyak pasti lebih seru lagi, ya.

Sedangkan perempuannya yang dateng itu Anggi, Regina, Elsa Ratnapuri, Elsa Anggela, Neng Rita, Siti, Santi, Puri, Sri, Hana, Reskha, dan Widya (maaf kalo ada yang kelupaan).

Jadi awalnya, beberapa anak ada yang pulang sekolah langsung dateng ke rumah aku. Ada juga beberapa anak yang pulang dulu. Nah, sambil nunggu anak-anak yang lain dateng ke rumah aku, aku dan anak-anak yang udah dateng duluan nunggu sambil ngemil dan ngobrol. Terus, beberapa anak langsung dateng. Dan setelah udah mulai banyak dan admin kedua (Sri) dateng, acara segera dimulai!

Karena namanya pesta bakar-bakaran, jadi ngga oke dong kalo langsung makan. Jadi, kita ngebakar satu dari daging kurban! Dagingnya ada yang bawa sendiri juga. Terus, kita pun ngebakar sate. Kita ngebakar sate di depan teras rumahku.

Sesudah selesai bakar-bakar sate, tentu aja dimakan! Tp, aku cuma kebagian satu tusuk doang. Yang paling banya itu Ari. Dan niat dia ke sini mau kenyang makannya doang. Waktu ngebakar sate, eh tiba-tiba ujan. Mana arangnya abis lagi. Jadinya bakar satenya selesai, deh. Padahal masih nyisa beberapa tusuk sate lagi.

Bukannya berteduh, istirahat, atau apa kek, eh malah hujan-hujanan. Dan aku pun segera mengabadikan momen langka ini! Soalnya, ke sekolah ga boleh bawa HP sih, jadi jarang foto-foto, deh. Let’s check this out!

Sekitar jam 5 sore, semuanya pulang dengan keadaan hujan-hujanan. Pada basah kuyup! Hehehe …. Untungnya ga pada sakit parah sampe ga sekolah. Syukur deh. Dan sisa satenya itu aku makan buat makan malem :p
And … that is my story. How about your Idul Adha? ☺

*maaf kalo gak ada fotonya karena ini copas dari tumblr-ku. Ingin lihat fotonya? Klik di sini .*

Rabu, 02 November 2011

My Blog My Site

Hai semua!!! Ini dirancang ulang lho blog-nya! Dan tanpa CSS/HTML (theme-nya)! Akhirnya ... setelah berjam-jam jadi juga. Gimana komentarnya? Bagus nggak? Kritik dan saran bisa dimasukin dikomentar atau C-box ya!

Aku punya cerita menyenangkan! setelah lama menunggu, alhamdulillah aku akan segera menjadi penulis cilik! Novelku yang berjudul Dancing Queen diterima oleh penerbit Lingkar Pena Publishing House di seri Penulis Cilik Punya Karya. Dan Insya Allah, akan terbit kira-kira bulan ini atau bulan depan. Masih dalam proses katanya!

Begitu cerita pendeknya, kalau mau lebih lanjut klik aja di Little Ant Queen's Tumblr . Oke? Bye-bye! ☺