Sebelumnya di My True Love #part1
Tanda
pertandingan berakhir. Skor terakhir adalah SMA Idola 68 dan SMA Jaya
66. Seluruh siswa dan siswi SMA Idola langsung bersorak gembira. Setelah
pertandingan usai, Felly, Bisma, Dicky, Dita, Rani, dan Ilham
menghampiri Reza yang sedang istirhata.
“Hebat lo, Za! Penyelamat!” puji Bisma sambil menepuk pundak Reza.
Reza hanya tertawa kecil. “Gak juga, ah.”
“Lo emang cocok jadi kapten basket, Za. Gak sia-sia lo jadi kapten basket,” tambah Dicky yang membuat Reza tersanjung.
“Iya,
Za. We so proud of you,” timpal Felly dengan senyum mautnya yang
membuat Reza sempat ngefly. Tapi, tentu saja dia tidak begitu ngefly
karena banyak teman-temannya di sini. Nanti malah jadi gossip deh.
====
“Eh, gimana kalo kita … ngerayain kemenangan ini?” usul Dita.
“Ngerayain di mana?” koor semuanya, kecuali Felly.
Felly
berpikir sejenak. Dia baru ingat kalau hari ini papanya akan lembur
kerja dan ibunya akan menginap di rumah nenek karena nenek sedang sakit.
Jadi, di rumah hanya ada Rangga saja.
“Gue tau! Di rumah
gue aja? Kebetulan orangtua gue lagi pergi semua, jadi di rumah gue cuma
ada Kak Rangga doang. Gimana? Setuju gak?” tanya Felly meminta
pendapat.
Semua tampak berpikir. “Oke!” semuanya pun setuju.
Jadi,
mereka akan mengadakan pesta kecil di rumah Felly jam 5 sore nanti.
Kali ini, Felly pulang diantar Dicky karena Reza masih ada urusan dengan
rapat basketnya. Mereka berdua pun pulang menaiki motor Dicky yang
terparkir di parkiran sekolah.
Sesampainya di depan rumah
Felly, Felly langsung turun dari motor Dicky. Ternyata, di depan rumah
ada Rangga dengan kedua temannya yang Felly ketahui. Ya, itu Morgan dan
Rafael.
“Baru pulang lo, Fel? Kok, gak bareng si Reza?” tanya Rangga begitu Felly turun dari motor Dicky.
“Iya, Kak. Tadi gue nonton pertandingan basket dulu. Jadi, gue pulang bareng Dicky,” jawab Felly.
“Oh … Thanks, ya, Dick, udah nganterin adik gue!” ucap Rangga pada Dicky.
“Sama-sama, Kak. Gue balik duluan ya, Fel.”
Felly
pun melambaikan tangannya kepada Dicky. Setelah Dicky pergi dari
pandangannya, Felly menghampiri Rangga, Morgan, dan Rafael.
“Halo, Fel,” sapa Kak Morgan dan Kak Rafael.
“Halo juga, Kak,” balasku sambil tersenyum. “Oh ya, Kak Rangga, nanti jam 5 sore aku mau ngadain pesta kecil-kecilan di
rumah. Boleh ya, Kak? Please …” pintaku dengan muka manja.
“Ya silakan aja. Tapi Kakak juga mau main bareng sama Morgan dan Rafael …,” ujar Rangga.
“Eh,
gak apa-apa, Ga! Kan jadi lebih seru kalo banyak orang. Kita juga bisa
gabung. Dan … siapa tau kita bisa ngeceng salah satu temen cewe si
Felly,” kata Rafael dengan senyum isengnya.
Langsung saja Morgan nyubit tangan Rafael. “Halah, cewek mulu yang lo pikirin! Tapi, bener juga sih. Kita bisa ngegabung.”
“Oke deh. Tapi aku cuma bawa dua temen cewek dan empat temen cowok.”
“Kok banyak banget cowoknya dibanding ceweknya?” komentar Rangga bingung.
“Soalnya,
kan, ini ngerayain kemenangan tim basket putra di sekolah … Lagian,
Kakak juga tau dong kalo sahabat aku, tuh, banyaknya cowok?”
Rangga hanya menganggukan kepalanya. “Oh ya, si Reza kapten basket sekolah kamu kan?”
Felly hanya menganggukan kepala. “Ya udah, aku masuk dulu ya, Kak. Mau istirahat.”
Felly
segera berlalu menuju kamarnya. Dia mandi dan berganti pakaian. Untuk
menghilangkan lelahnya, Felly tidur sebentar hingga waktu menunjukan
pukul 4 sore.
Pukul 4 sore, Felly bangun dan segera mandi.
Dia berpakaian yang rapi karena tentu saja ia akan berpesta. Di ruang
tengah, terlihat Rangga, Morgan, dan Rafael sedang bermain playstation
milik Rangga. Felly pun segera mempersiapkan makanan dan minuman untuk
pesta nanti.
Ting-tong!
Bel rumah berbunyi.
Padahal, jam baru menunjukan pukul 16.15. Felly berjalan ke arah pintu
rumah dan membuka pintunya. Ternyata, itu adalah Ilham.
“Lho, kok lo udah dateng, sih? Caranya kan masih lama,” tanya Felly heran.
Ilham hanya tersenyum. “emang gak boleh? Gue juga mau ngebantuin lo nyiapin pesta.”
Felly tersenyum tipis. “Thanks, ya.”
Saat itu Felly sedang mengambil beberapa gelas untuk minum. Tapi, ketika Felly akan mengambil gelas terakhir dari lemari …
Prang!
“Ada apa?” tanya Ilham yang sedang menuangkan jus ke dalam gelas.
“Ehh … nggak, kok,” balas Felly.
Ilham
pun menghampiri Felly yang sedang membersihkan beling-beling bekas
gelas yang ia pecahkan. Tak sengaja. salah satu beling tersebut melukai
telunjuk Felly. Felly pun menjerit kesakitan.
“Aww!”
“Lo gak apa-apa?” tanya Ilham khawatir.
“Jari gue sakit …” Felly meringis kesakitan.
Cepat,
Ilham mengambil kotak P3K dan mengobati luka Felly. Selagi Ilham
mengobati luka Felly, Felly menatap Ilham. Setelah selesai mengobati
luka Felly, Ilham menatap Felly. Tapi, tenggorokan Ilham serasa tercekat
melihat wajah Felly yang cantik itu. Felly pun tidak bisa berkata
apa-apa. Alhasil, Ilham dan Felly pun saling bertatap-tatapan. Tatapan
yang makin dalam.
Tanpa sadar, mereka mendekatkan wajah mereka.
Semakin dekat.
Semakin dekat lagi.
Dan akhirnya ….
“Felly!” panggil seseorang.
Buru-buru
Felly dan Ilham tersadar dari kelakuan mereka. Wajah Felly langsung
memerah. Mereka pun segera berdiri dari tempat mereka duduk.
“Ada apa, Kak?” tanya Felly kepada orang itu yang ternyata Rangga.
“Ada dua temen cewek lo, tuh,” jawab Rangga.
“Oh, suruh masuk aja dulu.”
Rangga pun langsung berlalu meninggalkan Felly dan Ilham berduaan lagi. Mereka tak saling bicara untuk beberapa saat.
“Ehem,” Ilham berdehem kecil. “Maaf soal tadi,” lanjutnya.
Felly hanya tersenyum kecil. “Gak apa-apa, kok.”
Dita
dan Rani tiba-tiba muncul. Tatapan mereka langsung berubah ketika
memergoki Ilham dan Felly sedang berduaan saja. “Cieeee …..” koor mereka
berdua dengan tatapan centil menggodanya yang membuat Felly eneg.
“Apaan?” tanya Felly dan Ilham berbarengan. Felly dan Ilham tersentak kecil.
“Aduh,
ngomongnya barengan gitu. Ada apa, nih? Jadi, siapa sih pacar lo yang
bener, Fel? Reza atau Ilham? Atau jangan-jangan … dua-duanya lagi!” goda
Dita lagi. Memang, hobi Dita itu menggoda orang, terutama orang yang
berduaan!
Muka Felly tambah memerah saja. “Bukan dua-duanya!”
“Atau
jangan-jangan … si Dicky? Tadi kalian pulang bareng, kan? Cieee ….,”
timpal Rani yang hobinya sama kayak Dita. Menggoda orang.
“Udah, ah! Bantuin siapin pesta, gih!” perintah Ilham mengalihkan pembicaraan.
Dita dan Rani tidak menggubris lagi perkataan Ilham. Mereka berdua pun membantu Felly menyiapkan makanan dan minuman.
Jam
sudah menunjukan pukul 17.00. Di rumah Felly kini sudah ada 10 orang,
yaitu Felly, Dita, Rani, Ilham, Reza, Dicky, Bisma, Rangga, Morgan, dan
Rafael. Pesta pun berlangsung meriah dan menyenangkan.
====
Esok
harinya di sekolah, Felly masih memikirkan kejadian kemarin sore.
Tentangnya dan Ilham. Semalaman pun dia terus memikirkannya. Ternyata,
di sekolah masih sepi. Felly pun duduk di kursi taman sambil menikmati
heningnya suasana pagi di sekolah.
“Dorr!”
“Ah!” jerit Felly kaget. Dia melirik orang itu. “Bisma! Ih, bikin kaget aja!”
“Makanya, pagi-pagi tuh jangan ngelamun tau!” ucap Bisma.
“Iya, iya, deh.”
Setelah hening beberapa lama, Bisma membuka suara. “Emmm … kemaren, lo kissing ya sama Ilham?”
Spontan, Felly tersentak. “Hah?! Nggak! Bohong banget ih!! Siapa juga yang kissing sama si Ilham?” Felly sewot.
“Gak usah bohong, deh, Fel. Gue tau. Gue tau kalo lo kemaren kissing sama Ilham,” gubris Bisma dengan nada santai dan sotoy.
“Lo tau dari mana?” tanya Felly.
“Gak penting gue tau dari mana. Yang jelas, lo beneran kissing sama si Ilham?”
Felly
terdiam sejenak. Dia agak ragu mengucapkannya. “Emm … nggak, kok. Cuma
hampir. Tapi lo jangan bilang siapa-siapa, ya! Pliissss …. banget,”
Felly memasang wajah penuh memohon.
“Oke, gue gak bakal bilang ke siapa pun kejadian itu. Dengan satu syarat,” kata Bisma sambil tersenyum.
“Apa?”tanya Felly.
#TO BE CONTINUE